Surat Untuk Ibuku, Dari Putrimu Yang Berusia 22 Tahun
Rabu, 23 Oktober 2024
Dari: Satu-satunya putrimu
Ibu, bagaimana kabarmu di sana? Apakah ibu tetap gemuk atau kurus seperti waktu sakit dulu? Atau jangan-jangan, ibu sekarang kembali cantik lagi ya? Menurutku, ibu cantik waktu muda dulu, meskipun hanya memandang dari beberapa foto ibu waktu masih muda dulu yang terpajang di figura. Kalau rindu, diam-diam aku memandangnya sambil tersenyum, di lain waktu terkadang sambil menangis. Bu, umurku 22 tahun sekarang. Dulu ibu pergi waktu usiaku 15 tahun kan? Ternyata itu sudah tujuh tahun lalu, meskipun bagiku rasanya seperti baru kemarin melihat ibu terbujur di atas dipan meja yang keras itu. Bu, aku sangat senang ibu pasti bahagia disana, aku tidak pernah menyesali kepergian ibu, bahkan tidak pernah mempertanyakannya lagi. Ibu pergi karena memang harus, Allah yang memintanya langsung. Dulu, ibu meninggalkanku pergi waktu aku hampir lulus SMP kan? Sekarang aku sudah kuliah bu, aku yakin ibu tidak pernah membayangkan kan? Ibu mau aku lulus SMA langsung bekerja ya?
Bu, ternyata mas berusaha sangat keras menjaga keseimbangan keluarga selepas ibu pergi. Mas juga yang kadang menggantikan peran ibu di rumah dan mengajariku dengan sangat keras agar aku bisa berperan menjadi satu-satunya wanita di rumah. Orang-orang menyebut aku harus menggantikan ibu, tapi yang aku tahu, peran itu tidak akan pernah bisa digantikan siapapun, ibu selalu mendapat tempat tersendiri di hati kami, betapa menyebalkan apapun ibu sewaktu hidup dulu. Kami ternyata juga merasa kehilangan, sesekali rindu, dan kerap kali membicarakan ibu di sela-sela waktu. Tidak pernah lupa sama sekali, apa ibu masih mengingat kami di sana? Kuharap orang yang sudah meninggal tidak pernah melupakan keluarganya, karena katanya manusia akan sangat sibuk memikirkan amal ibadahnya sampai lupa sanak-saudaranya. Kalau memang begitu, aku hanya bisa mendoakan sebagai anak yang baik saja dari sini ya bu?
Bu, 7 tahun berlalu, usiaku sekarang 22 tahun, kurang lebih kehidupan ternyata seperti apa yang ibu bilang sebelum pergi dulu. Kurang lebih, semua yang ibu katakan benar, semua kata-kata ibu waktu itu benar-benar aku rasakan satu per-satu. Bu, aku tumbuh menjadi gadis yang masih belum begitu seperti keinginanmu dulu, menjadi wanita yang cantik, berbaju rapi nan apik, dan bertutur kata lembut serta santun. Aku masih belum sepenuhnya jadi sosok putri yang ibu inginkan dulu, terkadang sisi kelelakian yang kudapat dari mencontoh mas dan bapak terus mengiringi, belum lagi masalah berpakaian, ternyata aku sederhana seperti bapak bu. Tutur kataku pun kurang lebih seperti bapak bu, mungkin karena aku terlalu banyak mengobrol bersama bapak dan juga mas ketika tumbuh di masa remaja kala itu.
Masalah pendidikan dan jalan hidup, jujur putrimu ini terkadang hilang arah bu, meskipun tau apa yang diinginkan, nyatanya terkadang hidup berjalan sesuai dengan kebutuhan. Semenjak ibu tidak ada, aku menjalani beberapa kegagalan dan beberapa rasa pahit dari realitas. Bu, aku tidak tau apakah bisa menjadi sosok wanita yang setangguh ibu atau tidak, tapi yang kutahu, keberanian dan nekat itu terkadang muncul dalam diri di waktu-waktu terhimpit, hampir seberani ibu dan bapak, padahal putrimu ini adalah anak paling penakut di keluarga. Namun seiring bertumbuh, ternyata hidup lebih menakutkan dari rasa takutku sendiri bu. Putrimu ini lebih banyak mencoba hal-hal tidak terduga di usia mudanya. Mungkin kalau ibu tahu, ibu tidak akan menduga.
Putrimu yang dulu rapuh itu, sekarang bisa pergi kemana-mana sendiri bu, bahkan sudah bisa membonceng bapak, ke luar kota sendiri, menemui banyak orang baru sendirian, pergi ke gunung, pergi melihat pemandangan yang jauh, dan banyak hal berani lainnya. Sekarang aku pemberani kan bu? Oh iya, sekarang aku tidur dengan lampu gelap bu, bahkan aku sudah tidak takut hantu, nyatanya realitas juga lebih mengerikan daripada hantu bu, nyatanya putrimu yang bahkan dulu pergi ke kamar mandi harus diantar, tidak bisa tidur sendiri, dan kemana-mana harus ditemani, sudah menjadi sepemberani ini. Ibu bangga tidak? Atau justru aku terlalu laki-laki ya untuk ukuran seorang wanita yang hampir dewasa?
Bu, itu celotehku di usia 22 tahun ini. Jangan tanyakan pasangan ya bu, aku sepertinya akan sulit memiliki pasangan karena terlalu sering melihat bapak dan ibu dulu. Nanti aku akan buat surat setiap ulang tahunku sampai usiaku 30 tahun ya bu, sudah dulu, salam rindu dari putrimu. Semoga kita dapat bertemu lagi ya bu!
Teruntuk: Ibuku tersayang
Komentar
Posting Komentar