Ini Tentang Akhir Yang Selalu Manis


Ini tentang akhir masa perkuliahan yang baru kusadari kini bahwa semuanya indah. Segala hal dari sedih, senang, kecewa, dan semua keberhasilan serta kegagalan yang melingkupi ketika masa akhir perkuliahan ini berharga. Terlebih lagi ketika aku harus hijrah dan berkuliah di Surabaya, itu adalah hadiah terindah yang Allah berikan kepadaku karena disini aku mendapatkan berbagai pengalaman, teman-teman baru, pemandangan-pemandangan baru, perjalanan-perjalanan jauh yang penuh dengan momen-momen istimewa. Aku sedih karena ternyata semuanya akan berakhir beberapa waktu lagi karena sekarang sedang masa-masa menempuh skripsi, seusai skripsi maka semuanya akan kembali seperti semula. Aku akan menjalani kehidupanku di kampung halaman dan bekerja serta merawat Bapak di masa tuanya.

Kenapa baru setahun setengah yang lalu aku pindah kemari, menjalani hari-hari, dan bertemu dengan tambatan hati? Aku sedih mungkin saja nanti setelah lulus, aku tidak akan bisa menemuinya lagi dan kita menjalani hidup masing-masing seperti ketika sedang mendaki, aku dan dia selalu mengambil dua jalur yang berbeda. Mungkin itu representasi yang tepat untuk menggambarkan masa depanku dengannya. Masa-masa skripsi ini memang berat karena harus melawan rasa malas, melawan sulitnya mengatur jadwal dengan dosen pembimbing, melawan kesulitan-kesulitan lainnya yang harus ditempuh selama skripsi. Namun menurutku, dengan banyaknya kenanganku disini selama berkuliah disini, itu tidak ada apa-apanya dibanding membayangkan semuanya akan berakhir begitu saja beberapa bulan lagi. 

Sejujurnya, aku ingin bekerja disini, masih ingin tinggal disini, dan berpergian ke tempat-tempat yang lebih jauh lagi bersama manusia favoritku, tapi nyatanya, nanti setelah semua selesai aku harus tetap kembali lagi ke Banyuwangi dan menemani masa tua Bapak. Aku juga harus bisa membantu meringankan beban mas di rumah untuk menghandle rumah, aku ingin egois, tetap disini, tapi aku bisa sampai disini-pun karena kelapangan hati mas dan Bapak untuk melepas adik serta anak perempuan satu-satunya ini. Bagaimanapun, aku harus tetap kembali ke rumah.

Bagaimana bisa, kota tempat ibuku harus berobat jalan tiap waktu saat itu dan memberikan kenangan buruk terhadapku kini menjadi kota yang penuh kenangan manis di waktu yang berbeda?

Surabaya memang benar mendewasakanku.

Selasa, 11 Februari 2025.

Komentar

Postingan Populer