Ini Akhir, Cinta atau Cita-Cita?
Siapa sangka, percintaan yang terakhir ini (aku menyebutnya demikian karena memutuskan ini yang terakhir) akan sebegitunya menohokku berkaitan dengan realita. Realitas bahwa nyatanya percintaan di usia ini tidak akan berjalan dengan baik karena akan dikalahkan oleh cita-cita, masa depan, dan faktor eksternal yang lebih penting lainnya. Padahal berdasarkan pemikiranku beberapa waktu ke belakang, aku ingin membangun cinta itu dari awal, berjuang bersama-sama, mengupayakan masa depan dengan sekuat tenaga sambil bergandengan tangan, itu mimpiku. Namun nyatanya, sepertinya cinta memang hanya akan datang setelah upaya terhadap cita-cita itu dituntaskan. Apa memang benar keduanya harus berjalan secara terpisah? Tidak bisakah keduanya berjalan secara beriringan?
Pola pikirku yang lama diruntuhkan begitu saja oleh seorang laki-laki yang kutemui setahun yang lalu. Ia menolakku mentah-mentah dengan alasan ingin menyelesaikan urusan dirinya secara personal dan terkesan berorientasi pada uang, masa depan, dan cita-cita. Aku amat menghargai prinsip itu, tapi secara tidak langsung, itu juga benar-benar menghantam tembok khayalanku tentang cinta, bahwa mungkin aku bisa membangun percintaan yang sehat, tumbuh bersama-sama untuk menjemput masa depan. Atau mungkin, kita berdua hanya punya pandangan yang berbeda saja? Visi yang berbeda? Mungkin aku harus mencari orang yang punya pandangan dan visi sama sepertiku? Aku tidak tahu, menurutku semua orang menjalani hidupnya dengan caranya masing-masing. Namun lagi-lagi, prinsip dan pandangan orang yang kusukai tidak salah, justru itu sangat amat realistis, tapi juga membuatku pesimis di lain sisi. Mungkin saja, ketika waktu yang dia tunggu bahwa dirinya siap itu datang, aku tidak akan bisa bersamanya, mungkin juga ketika dia sudah menggapai cita-citanya, orang yang dia harapkan sudah tidak ada. Bukannya ini paradoks tentang masa? Akupun menyadari dengan pasti, sambil berjalan aku terus-menerus bertanya akan jawabannya.
Mungkin memang tidak akan terjawab sekarang, tapi pasti nanti aku tahu jawabannya. Sekarang juga aku tahu, aku ingin mengutamakan diriku sendiri, aku akan berhenti menyukainya. Untuk apa aku mengejar seseorang yang bahkan dia justru berlari kencang mengejar dirinya sendiri?
Komentar
Posting Komentar