REVIEW BUKU : Negeri di Ujung Tanduk

 Intrik dalam Politik


           Identitas Buku

  1. Judul Buku      : Negeri di Ujung Tanduk
  2. Penulis buku    : Tere Liye
  3. Penerbit buku  : PT Gramedia Pustaka Utama
  4. Desain sampul : eMTe
  5. Tema Buku      : Politik
  6. Kota Terbit      : Jakarta
  7. Tahun Terbit    : Cetakan kesebelas Agustus 2016, cetakan kedua belas Desember 2017, dan cetakan ketiga belas Maret 2017
  8. Dimensi           : 20 cm × 14 cm
  9. Harga              : Rp73.440,-
  10. Tebal Buku      : 360 halaman
  11. ISBN               : 978-979-22-9429-3 

RESENSI

Novel Negeri di Ujung Tanduk karangan Tere Liye ini menceritakan mengenai perjalanan tokoh utamanya yaitu Thomas yang mengalami berbagai kesulitan dalam dunia politik yang baru ditekuninya selama setahun. Thomas merupakan seorang pakar konsultan politik yang memiliki perusahaan jasa konsultan politik dengan dibantu beberapa karyawannya seperti Maggie, Kris, dan Maryam. Kisah Thomas berawal saat ia membantu seorang klien politiknya yang berinisial JD. Meskipun dalam setahun ia telah dua kali membawa kemenangan bagi klien politiknya, namun dalam memenangkan JD terdapat banyak hambatan yang harus dilalui karena adanya mafia hukum. Mafia hukum tersebut melakukan konspirasi besar-besaran yang melibatkan banyak lembaga hukum seperti kepolisian, pengadilan hingga mahkamah konstitusi hanya untuk memenangkan klien politik mereka. Thomas menjadi sasaran utama dalam konspirasi tersebut. Saat Thomas pergi ke Makau, Hong Kong untuk mengikuti pertarungan bela diri tiba-tiba Opa membawakan hadiah sebuah kapal pesiar untuknya. Namun, tanpa disadari siapapun ternyata terdapat sebanyak seratus kilogram bubuk heroin dalam kotak peralatan kapal yang membuat Thomas, Kadek, Opa, dan Maryam ditangkap oleh pasukan khusus antiteror Hong Kong SAR.

Mereka semua dapat lolos dari agen Interpol Hong Kong berkat Lee, lawan yang Thomas kalahkan dalam pertarungan di klub petarung Makau. Selain itu, Thomas baru mengetahui bahwa Lee merupakan cucu Chai Ten yang merupakan sahabat dari Opa. Setelah bebas dari agen interpol Hongkong, Thomas kembali ke Jakarta dan mendengar kabar bahwa klien politiknya dipenjara karena tuduhan korupsi megaproyek sebuah tunnel raksasa selama menjadi gubernur ibukota. Thomas mulai menyadari bahwa semua hal yang menimpa dirinya dan klien politik merupakan perbuatan dari mafia hukum yang merasa dirugikan atas pencalonan JD menjadi presiden, hal ini dikarenakan JD merupakan orang yang bersih dan memiliki visi misi dalam penegakan hukum. Untuk menghindari kejaran agen Interpol Hong Kong, maka Thomas membawa Opa, Kadek, dan Maryam untuk bersembunyi di perkampungan tempat sekolah berasramanya dahulu, ketika ia menjadi yatim piatu akibat kebakaran yang terjadi di perkampungan tersebut.

Setelah memastikan bahwa Opa dan Kadek berada di tempat yang aman, Thomas dan Maryam kembali melakukan penyelidikan atas semua yang terjadi menimpanya. Thomas pergi ke kantornya untuk menemui Maggie dan Kris untuk membantunya menemukan pola-pola yang masih menjadi hipotesisnya mengenai kejadian itu. Ketika Kris baru menemukan tiga kata kunci dari daftar nama paling tinggi mafia hukum, pasukan khusus mendatangi kantor untuk mencari buronannya. Thomas dan Maryam berusaha melarikan diri namun tertangkap dan kembali masuk sel jeruji. Saat ditangkap, Thomas mendapat ancaman dari panglima kepolisian yang merupakan salah satu kata kunci yang telah berhasil ditemukan Kris, ia mengajak Thomas untuk bekerjasama dan mundur dari pencalonan itu atau Thomas akan mendapat masalah hukum yang lebih pelik lagi.

Lagi-lagi, Thomas dapat bebas dari penjara berkat bantuan dari Rudi yaitu lawan tangguh yang ia kalahkan dalam klub petarung Jakarta. Setelah bebas, Thomas pergi ke konvensi partai di Denpasar untuk mencari dukungan atas tuduhan korupsi yang diarahkan pada klien politiknya. Kemudian, Thomas segera kembali ke kantornya untuk mencari tahu perkembangan kata kunci yang telah ditemukan oleh Kris, beberapa pola seperti kepingan puzzle dan sebagian nama-nama yang terlibat dalam mafia hukum dapat diketahui, namun terdapat beberapa kotak yang masih belum terpecahkan. Konvensi partai yang dilakukan oleh Thomas berhasil, klien politiknya mendapat banyak dukungan dari pemilik suara di daerah-daerah meskipun pimpinan partai menolak.

Thomas mendatangi Om Liem di penjara untuk mengetahui nama tertinggi dalam pola pola yang telah ia buat. Namun, ketika Thomas memberitahu KPK nama-nama, pola, dan bukti yang telah ia dapatkan dari Om Liem, Om Liem menghilang. Thomas mencoba mencari nama ‘Shinpei’ dalam komputernya, terlihat bahwa data tidak ditemukan. Hal ini menunjukkan titik terang bahwa Tuan Shinpei merupakan dalang dibalik semua kejadian yang ada. Thomas mulai beraksi melakukan penyelamatan terhadap Om Liem dan menyelesaikan semuanya. Cerita dalam novel ini berakhir dengan kemenangan klien politik Thomas yaitu JD.

Novel “Negeri di Ujung Tanduk” menarik untuk dibaca karena terdapat sentuhan politik yang terdapat dalam buku ini, sampul buku juga terlihat menarik dengan menyajikan monyet berpakaian jas dan berpeci. Belum lagi aksi heroik yang disajikan penulis mampu membawa emosi dan imajinasi pembaca dengan aksi Thomas dalam menghadapi musuh-musuhnya. Penulisan kata asing seperti fast food, searching, sunset, dan plenary hall dalam novel ini sudah baik yaitu dengan dicetak miring, Selain itu tidak terdapat kesalahan pada tanda baca maupun kesalahan kalimat atau kata karena pengetikan dan kata yang digunakan dalam buku ini semuanya sudah baku. Gaya bahasa yang digunakan oleh penulis dalam novel ini juga mudah dipahami oleh pembaca dan menggunakan sudut pandang orang pertama. Meski novel ini merupakan sekuel dari Negeri Para Bedebah, pembaca yang belum pernah membaca novel sebelumnya tidak akan sulit memahami jalan ceritanya. Karena ada beberapa bagian pada novel sebelumnya yang dijelaskan kembali pada novel ini sehingga pembaca akan sering dibawa dengan alur campuran ketika membaca novel ini. Selain menyajikan kisah konspirasi besar di negeri tersebut, penulis juga menyematkan pesan moral di akhir cerita. Seperti dalam kebanyakan novelnya, dalam novel ini terdapat tokoh utama yaitu Thomas dengan karakteristik arif yang menyampaikan pesan moral melalui dialog dengan tokoh lain seperti pada klien politiknya dan Opa. Intisari dari kisah ini adalah betapa negeri telah berada di ujung tanduk karena ketidakpedulian masyarakatnya. Selain itu, novel ini juga memiliki makna mengenai kehidupan dimana ketika seseorang dapat bertahan dari semua kejadian menyakitkan yang pernah dialami ia akan berubah laksana intan yang kokoh dan mahal harganya. Mengutip beberapa pesan moral dari novel ini bahwa, 

"…kepedulian kita hari ini akan memberikan perbedaan berarti pada masa depan. Kecil saja, sepertinya sepele, tapi bisa besar dampaknya pada masa mendatang”

Terdapat pada halaman 358 dalam episode 33 yakni epilog.

              "kau tahu, Nak, sepotong intan terbaik dihasilkan dari dua hal: suhu dan tekanan tinggi di perut bumi. Semakin tinggi suhu yang diterimanya, semakin tinggi tekanan yang diperolehnya. Jika dia bisa bertahan, tidak hancur, dia justru berubah menjadi intan yang berkilau tiada tara. Keras. Kokoh. Mahal harganya.”

Terdapat pada halaman 357 dalam episode 33 yakni epilog.

              "masalah terbesar bangsa kita adalah: penegakan hukum… kita tidak membicarakan hukum dalam artian sempit, melainkan hukum secara luas, yang mengunci sistem agar berjalan lebih baik, membuat semua orang merasa nyaman dan aman. Jika hukum benar-benar ditegakkan di muka bumi negeri ini, banyak masalah akan selesai dengan sendirinya.”

Terdapat pada halaman 113 dalam episode 11, yakni siapa orang yang pantas dibela?

Novel Negeri di Ujung Tanduk juga memiliki kelemahan sebagaimana wajarnya, diantaranya yaitu buku ini cukup banyak menggunakan bahasa politik dan kata-kata yang sulit dipahami seperti birokrat, hierarki, legislatif, konstitusi, manuver, dan hipokrasi sehingga memaksa pembaca untuk membuka kamus sejenak. Namun bagi pembaca yang suka mengikuti cerita politik negeri ini, maka tidak akan sulit dalam memahami penggunaan bahasa politik dalam novel ini. Bahkan pembaca bisa menerka tokoh dan potongan cerita dalam novel ini terinspirasi dengan siapa dan cerita politik yang mana. Kata hipokrasi yang terdapat dalam halaman 141 juga seharusnya dicetak miring karena hipokrasi tidak terdapat dalam KBBI dan termasuk dalam bahasa Melayu. Dalam novel ini terdapat banyak kata asing seperti curriculum vitae, anchor,  sophisticated, dan hedging yang tidak diartikan oleh penulis, dialog dalam bahasa Portugis yang terdapat dalam halaman 88 episode 9 juga tidak diartikan sehingga membuat pembaca merasa kesulitan dalam memahami maksudnya. Selain itu, terdapat cerita yang masih belum dijelaskan oleh penulis dengan jelas seperti pada bagian saat Thomas berpindah dari konsultan keuangan menjadi konsultan politik. Bahan cerita yang berat dalam novel ini dapat membuat pembaca yang tidak menyukai tema politik akan cepat bosan, ditambah dengan cerita yang kompleks membuat pembaca harus lebih dalam saat memahami setiap masalah dan solusi yang disajikan penulis. Adanya tambahan ilustrasi akan membuat novel ini lebih hidup lagi.

Novel Negeri di Ujung Tanduk yang diterbitkan pertama kali pada April, 2013 ini dibuat dengan tujuan agar pembaca dapat mengetahui betapa pentingnya kepedulian terhadap apa yang ada di sekitar kita, baik dari hal-hal kecil maupun hal yang besar sekalipun. Buku ini juga membahas mengenai keadaan politik negeri yang memprihatinkan akibat banyaknya oknum-oknum yang melakukan penyelewengan kekuasaan dengan cara seperti korupsi. Penulis berharap bahwa buku ini dapat menyadarkan kita betapa pentingnya kepedulian dan penegakan hukum yang bersih bagi suatu negara. Buku ini memiliki bahan cerita yang agak berat sehingga sangat sesuai dengan pembaca rentang usia 15 tahun keatas yang ingin menambah wawasannya mengenai politik.

 



Komentar

Postingan Populer